INDRAPURA.ID – Ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bangsa akhir-akhir ini kian kompleks. Dibutuhkan penanganan serius dan berkesinambungan. Dari desintegrasi hingga intoleran, mulai mengikis persatuan dan kesatuan bangsa. Itu semua terjadi karena sudah tidak mengindahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Mengantisipasi hal tersebut, anggota DPRD Jatim Dr Kodrat Sunyoto, SH, M.Si menggelar Sosialisasi wawasan kebangsaan bertajuk “Menumbuhkan Semangat Kebersamaan dalam NKRI” di Lamongan, Minggu (13/3/2022).
Kegiatan ini diikuti intansi pemerintah, dari kepala desa (Kades), sekretaris kecamatan, hingga warga masyarakat. Mereka tampak antusias mengikuti rangkaian acara. Pemateri wawasan kebangsaan diisi oleh Guru Besar Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Prof Dr V Rudy Handoko, MS.
“Sosialisasi ini sebagai tindak lanjut karena melihat kondisi sekarang sudah ditengarai mulai luntur terhadap nilai-nilai Pancasila. Masyarakat kita sekarang, sedikit demi sedikit sudah mulai meninggalkan sikap gotong royong,” kata politisi Partai Golkar ini.
Kodrat yang juga anggota Komisi E DPRD Jatim ini menegaskan bahwa isu-isu hoaks tanpa disadari sudah dianggap benar. “DPRD provinsi maupun pusat sudah turun ke bawah, DPRD Provinsi Jatim melalui sosialisasi wawasan kebangsaan dan DPR pusat melalui sosialisasi 4 pilar,” ujarnya.
Pihaknya menjelaskan, dihadirkan kepala desa lantaran pejabat ini menjadi ujung tombak yang memiliki misi khusus untuk menumbuhkan budaya gotong royong agar kembali ada. “Jangan sampai kepentingan warga, bekerja hanya karena untung dan rugi. Ini adalah untuk kepentingan bersama,” tegasnya.
“Kita punya tanggung jawab yang besar bagaimana menumbuhkan persatuan dan kesatuan di negara tercinta ini,” tambah Kodrat.
Persatuan dan kesatuan, lanjut dia, adalah roh dari wawasan kebangsaan. Sebab, ini tidak akan terwujud jika tidak menjunjung tinggi rasa kesatuan dan persatuan. “Persatuan dan kesatuan itu sangat penting. tidak hanya di lingkungan desa, terlebih di bangsa dan negara. Jangan sampai negara kita dipecah belah,” pungkasnya.
Sementara itu, Prof Rudy Handoko turut menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah mulai ditinggalkan dan kemungkinan diisi oleh nilai-nilai lainnya. “Ini ancaman nyata. Nah, nilai-nilai lain itu menimbulkan desintegrasi, intoleran dan mengikis persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.
Ancaman ini, lanjut Prof Rudy, semakin terlihat ketika negara masuk di era serba-digital. Masyarakat sudah mulai masuk dalam dunia yang semakin lama kian pragmatis.
“Nilai-nilai ideologis ini semakin berkurang. Dan ancaman itu sudah bisa dirasakan, dan negara sudah mengantisipasi dengan membubarkan beberapa organisasi yang dianggap radikal.
Ia mengibaratkan seperti teori bola karet. Semakin dihantam, mentalnya semakin keras. “Jadi, semakin mereka itu di musuhi, maka mereka semakin radikal. Oleh karena itu yang bisa melawan itu hanya dengan pendidikan, dialog, dan melalui wawasan kebangsaan seperti ini,” tandasnya.