Reses Samwil, Petani dan Nelayan Ujungpangkah Perlu Pemberdayaan Ekonomi

INDRAPURA.ID – Gejolak perekonomian dunia paska Pandemi Covid-19 yang juga dialami Indonesia nampaknya dampaknya masih dirasakan betul oleh masyarakat petani dan nelayan yang ada di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik.

Hal itu terungkap saat anggota DPRD Jatim dari dapil Gresik-Lamongan, H Samwil melakukan reses III Tahun 2022 untuk menyerap aspirasi masyarakat di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik, Jumat (14/10/2022).

Menurut politikus asal Fraksi Partai Demokrat, upaya percepatan pemulihan ekonomi paska Pandemi Covid-19 belum dapat berjalan maksimal lantaran badai susulan seperti wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kaki) pada ternak sapi, dan kenaikan harga BBM semakin membebani masyarakat.

“Banyak petani dan nelayan di Ujungpangkah Gresik yang mengeluh karena kondisi perekonomian mereka tak kunjung membaik sehingga membutuhkan perhatian serius dari pemerintah,” kata anggota wakil ketua Komisi A DPRD Jatim.

Persoalan klasik yang tak kunjung tuntas dialami petani dan nelayan Ujungpangkah adalah kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Ironisnya lagi, sebagian besar mereka adalah nelayan ikan budidaya (petambak) sekaligus petani.

“Pemerintah hanya memberikan pupuk subsidi kepada kelompok petani. Sedangkan untuk petambak tidak dapat jatah padahal realitas di lapangan, mereka juga bertani disela panen ikan dua kali,” ungkap pria asli Bawean ini.

Ia mengakui keberpihakan pemerintah kepada nasib petani dan nelayan masih dinomor duakan. Hal itu terlihat dari dikuranginya anggaran untuk subsidi pupuk sehingga kebutuhan pupuk subsidi bagi petani dan nelayan semakin berkurang.

“Persoalan kelangkaan pupuk subsidi itu itu merata di seluruh Indonesia bukan hanya di Gresik. Sebab pemerintah tak mampu memenuhi kebutuhan petani sesuai dengan RDKK karena subsidinya dikurangi,” tegas Samwil.

Di sisi lain, nelayan tangkap juga mengalami nasib serupa. Pasalnya, paska pemerintah menaikkan harga BBM, sejumlah SPDN (Solar Pack Dealer Nelayan) kerap kosong sehingga mereka tidak bisa melaut untuk menangkap ikan.

“Kondisi ini diperparah karena cuaca lagi tak berpihak pada nelayan akibat musim gelombang tinggi sehingga mereka tidak bisa bekerja menangkap ikan,” beber Samwil.

Persoalan klasik yang dialami masyarakat nelayan ini, lanjut Samwil juga tak kunjung terurai. Padahal musim gelombang tinggi sudah bisa diperkirakan.

“Harusnya di saat musim gelombang tinggi para nelayan diberikan usaha alternatif agar mereka tetap bisa berpenghasilan. Tentunya dinas terkait bisa memberikan pelatihan ketrampilan dan pemberdayaan ekonomi sehingga persoalan masyarakat nelayan tidak berulang setiap tahun,” pinta Samwil.

Begitu juga dengan para petani, kata Samwil perlu didorong dan diberdayakan untuk menggunakan pupuk organik yang bisa dibikin sendiri sehingga ketergantungan terhadap pupuk subsidi juga bisa berkurang.

“Pembuatan pupuk organik ini tentu memerlukan bimbingan dan pendampingan sebab potensi yang dimiliki suatu daerah berbeda-beda sehingga tidak bisa digebyah uyah,” kelakar politikus humoris ini.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *