INDRAPURA.ID – Produsen tempe di Kabupaten Jember meluapkan uneg-unegnya soal merosotnya pendapatannya akibat serbuan produk yang sama dari Malang. Mengingat pasar di Malang mayoritas dikuasai tempe produk UMKM warga Malang.
Melihat kondisi salah satu produsen tempe Jember ke anggota DPRD Jawa Timur, Artono saat serap aspirasi masyarakat di Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates Jember.
Menurut salah satu warga, 50 persen masyarakat di Jember perhasilannya dari produksi dan menjual tempe. Namun saat ini kondisi produsen memprihatinkan karena tempe yang dibuatnya banyak yang tidak laku. Hal itu terjadi tidak hanya tempe mentah saja. Tetapi produk olahan yang berbahan tempe.
“Tapi kita berhenti pada produk tempe mentah. Hingga akhirnya kita dibasmi habis tempe dari Malang,” ungkapnya, Selasa 18 Oktober 2022
Warga tersebut mengaku hampir mayoritas oleh-oleh di Jember yang berbahan tempe pasti dari Malang. Akibatnya tempe produk Jember kalah bersaing karena di pasaran lebih didominasi tempe dari Malang.
Warga berharap dari anggota DPRD, Artono agar memberi pelatihan strategi pemasaran. Dengan begitu, pelaku UMKM tidak hanya bisa membuat produk, tetapi juga mempunyai jurus jitu memasarkannya.
“Harapan ada pelatihan sehingga pasar-pasar di Jember bisa kita kuasai juga,” pintanya.
Mendengar aspirasi masyarakat tersebut, Artono menegaskan, bahwa suksesnya seorang pengusaha ada di kemampuan dalam hal pemasaran.
Jika pelaku UMKM belum mempunyai kemampuan dalam pemasaran, maka perlu ada pelatihan yang lebih intens.
“Karena selama ini UMKM hanya mampu produksi, tapi tidak mampu menjual,” kata dia.
Artono akan menyiapkan orang-orang pemasaran untuk melatih para UMKM yang ikut dalam binaannya. Mengingat pemasaran merupakan kunci sukses seseorang dalam menjalankan usaha.
“Saya punya kerabat lulusan S2 pemasaran dan sudah mengimplementasikan teori-teori supaya masyarakat bisa memasarkan produk,” katanya.
Politisi asal PKS ini menjelaskan, jika wirausahawan ingin produknya dikenal di mancanegara, maka harus berani mendatangi calon pembeli dengan membawa contoh produknya. Selanjutnya menjelaskan soal produk yang dibawanya.
“Untuk bisa lebih luas ke orang asing harus berani datang dan membawa contoh. Kalau tidak ada contoh, tidak mau,” tuturnya.
Kalau administrasi untuk ekspor sangat mudah pembelajarannya. Poin terpenting dari usaha eksportir adalah menyediakan barang sesuai permintaan mereka.
Menurut pria yang juga Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim itu, pengenalan produk juga berlaku hasil pertanian. Wirausahawan yang ingin menjadi supplier harus memperkenalkan ke customer pelanggan, perusahaan-perusahaan yang ingin dijadikan langganannya.
Supplier harus bisa menunjukkan contoh produk, bahwa rasanya, kemanisan, kebersihan harus dijamin dalam produk buah-buahan tersebut.
“Kadang-kadang kita dimintai contoh tidak mau. Lha barangmu gimana, bener tidak, sesuai spek tidak, higenis tidak?,” katanya.
Setelah sukses dalam pemasaran, langkah selanjutnya adalah konsisten dalam pemenuhan pesanan. Jika pengiriman berikutnya tidak sesuai pesanan, maka dapat diblacklist.
“Sekarang bisa kirim 1 ton, berikutnya tidak ada. Itu tidak diterima,” pungkasnya.