Indrapura.id Griya Sakinah Tuban (GST) Fatayat NU Tuba mencatat per Agustus 2020 angka perceraian di wilayahnya mencapai 1.885 pasangan. Nyaris menyamai tahun 2019 yang menyentuh 2.844 orang.
Paling tinggi didominasi gugat cerai sejumlah 990 pasangan, cerai talak 526, dan dispensasi nikah 369 pasangan.
Penyebabnya bermacam, terbanyak pertengkaran terus menerus yang mencapai 634 pasangan, faktor ekonomi 418, dan kabur dari rumah 189 orang. “Paling tinggi memang pertengkaran terus menerus. Dalam pertengkaran terus menerus itu juga ada penyebabnya, apakah pemaksaan, ataukah mungkin tidak ada saling pengertian. Kami juga belum sampai meneliti,” ujar Direktur GST Umi Kulsum, Senin 14 September 2020.
Pastinya, kata dia, yang memprihatinkan juha yakni jumlah gugat cerai oleh sang istri. Jumlahnya cukup banyak. Umi menyebut 50 persen dari angka perceraian di Tuban, istri yang mengajukan gugatan cerai.
Ia mengungkapkan banyak faktor penyebab istri menggugat cerai, salah satunya soal penghasilan. Istri merasa penghasilannya lebih tinggi dari pada suami. “Inilah nanti GST Fatayat NU Tuban ingin hadir,” tegasnya.
Umi yang juga ketua PC Fatayat NU Tuban itu mengaku telah menyiapkan sejumlah program. Bagi yang sudah berumah tangga, ada sekolah pra nikah. Harapannya agar usia pernikahan bisa bertahan, dan dispensasi nikah usia dini dapat ditekan.
“Karena disitu juga angka dispensasi nikah dini tinggi, kita juga akan membuat program di GST Fatayat itu ada yang sekolah ibu,” ungkapnya.
Anggota DPRD Jatim Fauzan Fuadi mengaku siap mendukung semua program Fatayat NU Tuban yang ingin melakukan pendampingan berupa sekolah ibu dan pra nikah.
Sebagai lembaga sosial yang sifatnya swadaya masyarakat, kata dia, dukungan pemerintah tentu sangat diperlukan. Terutama dalam mengurai angka perceraian di Tubanyang masih tinggi. “Saya suport penuh sekiranya apa yang dibutuhkan,” ujar Fauzan saat menggelar serap aspirasi (reses) II tahun 2020.