INDRAPURA.ID – Penanganan banjir di wilayah Lamongan diakibatkan meluapnya bengawan jero (Kali Tengah) berlangsung sekitar lima bulan sejak awal tahun 2022, nampaknya begitu membekas bagi masyarakat terdampak. Pasalnya, kerugian materiil dan inmaterial yang ditanggung masyarakat terdampak sangat besar.
Hal itu dibuktikan langsung oleh Dr H Kodrat Sunyoto SH, MSi anggota DPRD Jatim dapil Lamongan – Gresik saat melakukan penjaringan aspirasi masyarakat pada reses II tahun 2022 di Desa Gempolpendowo Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, Senin (30/5/2022).
Aspirasi yang disampaikan warga, di dominasi persoalan banjir baik menyangkut upaya penanganan banjir oleh pemerintah maupun berharap bantuan untuk perbaikan infrastruktur fasilitas umum yang rusak akibat banjir bengawan jero.
“Kami hanya minta pemerintah memprioritaskan penanganan banjir dan pembangunan infrastuktur bagi warga terpenuhi dengan baik,” kata Kades Gempolpendowo Rif’atul Azizah
Lebih jauh Kades yang menjabat tiga periode ini menegaskan bahwa dampak ekonomis banjir tahun ini sangat besar. Pasalnya, penduduk desa yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani tambak tidak bisa produksi hampir selama setengah tahun lamanya karena tambak mereka terendam banjir.
“Harusnya mereka sudah bisa panen dua kali. Bahkan saat ini idealnya mulai menanam benih ikan tapi warga khawatir banjir bisa datang lagi. Mengingat, kondisi cuaca akhir-akhir ini juga masih sering hujan,” terang perempuan berkerudung ini.
Dia berharap pemerintah baik pusat, provinsi maupun Pemkab Lamongan memprioritaskan penanganan banjir di wilayah utara Lamongan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
“Untuk jangka pendek, kami berharap daerah-daerah yang ada di muara Kali Tengah dibantu pompa air, sehingga saat desa kami banjir airnya bisa cepat surut,” harap Azizah.
Senada, Imam Kades Soko Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang turut hadir, juga sangat berharap pemerintah melakukan pengerukan muara Kali Tengah yang masuk wilayah Kabupaten Gresik agar air banjir di Kecamatan Glagah dan Karangbinangun bisa cepat surut.
“Karena ada pendangkalan di bagian muara sungai maka air dari Lamongan tidak bisa maksimal mengalir ke laut sehingga menimbulkan banjir yang berkepanjangan,” dalih Imam.
Masih di tempat yang sama, kepala sekolah TK Pertiwi 8 Muzayanah berharap bisa mendapatkan bantuan dari Pemprov Jatim untuk perbaikan gedung sekolah. Mengingat, saat banjir kemarin seluruh bangunan sekolah terendam hingga 50 cm.
“Kami harap bisa dibantu untuk meninggikan (naik) lantai kelas supaya jika terjadi banjir ruang kelas tidak sampai terendam,” pinta perempuan murah senyum ini.
Menanggapi aspirasi yang masuk, Kodrat Sunyoto mengaku sudah berusaha mengkomunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Namun penanganan banjir diakui kurang maksimal sehingga warga terdampak kian terpuruk perekonomiannya.
“Banjir tahun ini memang paling lama karena hampir lima bulan lamanya. Padahal tahun-tahun sebelumnya tidak seperti itu. Tentu masyakat terdampak kondisi menjadi sangat memprihatinkan,” kata anggota Komisi E DPRD Jatim.
Politikus asli Lamongan ini menyatakan penanganan secara komprehensif banjir bengawan jero tidak bisa hanya ditangani oleh Pemkab Lamongan. Mengingat, sungai ini alirannya juga lintas daerah, sehingga peran provinsi dan pemerintah pusat sangat diperlukan.
“Era Bupati Fadeli (Alm) pernah melakukan pengerukan sungai tapi oleh pemerintah pusat justru ditegur karena masalah sungai itu bukan menjadi kewenangan Pemkab Lamongan,” ungkap Kodrat Sunyoto.
Bahkan usulan dari sejumlah kepala desa untuk dilakukan pengerukan di wilayah muara sungai maupun pembuatan sudetan juga tidak mungkin kalau hanya mengandalkan peran provinsi dan kabupaten/kota karena keterbatasan anggaran.
“Contoh nyata itu penanganan banjir Kali Lamong di wilayah Gresik sejak saya kecil sampai sekarang belum tuntas. Mudah-mudahan dengan kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten persoalan banjir bengawan jero ini dapat diprioritaskan,” jelas politikus asal Partai Golkar.
Di tambahkan Kodrat, penanganan banjir di Desa Gempolpendowo ini lebih sulit. Mengingat, secara topogeografi letak desa ini berada di wilayah cekungan atau di bawah aliran sungai sehingga jika terjadi banjir, maka air tidak mudah surut kecuali dibantu pompa.
“Desa-desa di wilayah Kecamatan Glagah yang terdampak banjir cukup parah adalah Gempolpendowo, Soko, Morocarang, Rayung Gemuk, Pasi, Margoanyar, dan Menganti. Sebagai wakil rakyat tentu saya akan berjuang maksimal supaya penanganan banjir di wilayah ini menjadi prioritas pemerintah,” pungkas Kodrat Sunyoto.